Al-Iqtidha Shirathal Mustaqim – Saat ini, kita sering melihat fenomena aneh sebagian muslim yang tidak segan meniru perilaku, bahkan ikut serta dalam perayaan dan ibadah orang-orang kafir. Padahal, umat islam telah memiliki syariat agung tersendiri yang wajib diikuti. Selain itu, umat Islam juga telah dilarang mengikuti orang kafir, dalam bentuk perbuatan yang menyerupai perilaku dan ibadah mereka.
Muslim tidak lagi punya kekhasan sendiri. Yang ada dari gaya dan penampilan bahkan akhlak dan tingkah lakunya hanya ingin mengikuti gaya barat atau gaya orang kafir. Coba kita lihat dari model rambut, cara berpakaian dan penampilan muda-mudi saat ini, sudah sama dengan gaya Ronaldo, Roberto dan Jenifer. Begitu pula termasuk perayaan seperti Ultah dan New Year yang pemuda muslim rayakan semuanya diimpor dari ajaran non-muslim, bukan ajaran Islam sama sekali.
Larangan Meniru Orang Kafir
Mungkin banyak pertanyaan di benak Anda yang tidak tuntas terjawab tentang berbagai fenomena aneh tersebut. Dulu pun banyak orang bertanya-tanya tentang hal serupa. Sudah menjadi sunnatullah bahwasanya umat islam akan mengikuti gaya dan jalan hidup orang-orang kafir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalannya umat-umat terdahulu, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sehingga seandainya mereka masuk lubang dhab (sejenis kadal), maka kalian akan mengikutinya”. Lalu para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksud umat terdahulu itu adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah menjawab: “siapa lagi kalau bukan mereka?” (Muttafaqun ‘alaih).
Imam Nawawi –rahimahullah– ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.” (Syarh Muslim, 16: 219)
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menulis buku al-iqtida’ sirathal mustaqim ini. Banyak persoalan mendasar yang penting Anda ketahui dan pahami menyangkut larangan “meniru orang-orang kafir” dalam perilaku dan ibadah mereka. Mudah-mudahan kehadiran buku Al-Iqtidha Shirathal Mustaqim Menyelisihi Ashabul Jahim ini dapat menyadarkan kaum muslimin untuk selalu bangga dan mengikuti agama Islam yang mulia, meninggalkan segala bentuk tasyabuh dengan orang-orang kafir dalam perilaku dan ibadah mereka.
Pembahasan di dalam buku ini menjadi lebih jelas dengan adanya anotasi berupa syarah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin. Selamat membaca!
Ulasan
Belum ada ulasan.